Judi & Korupsi, Mending Mana?

SoPasti.Com

BAGI orang dengan penghasilan di bawah rata-rata, uang cepat adalah sesuatu yang sangat menarik dan berjudi mungkin tampak seperti menjadi sebuah solusi menjanjikan.
Di daerah-daerah di mana orang-orang merasa kesulitan dalam hal keuangan saat ini, mereka mencoba ‘iseng’ mencari jalan keluar dengan berjudi. Berharap cuan cepat dan dapat solusi.

Era digital membuat banyak hal semakin terasa mudah. Karena semua terkoneksi hanya dalam genggaman tangan saja. Apa yang dibutuhkan masyarakat mulai dari komunikasi, layanan publik, jasa dan perdagangan, hiburan dan lain sebagainya bisa dijangkau tanpa harus bersusah payah, bahkan sambil rebahan sekalipun. Begitu pun layanan perjudian, tidak heran jika sekarang ini dengan mudah dapat diakses melalui smartphone, laptop, maupun komputer yang terkoneksi dengan jaringan internet.

Internet menyediakan banyak situs web layanan perjudian model apapun dengan penawaran yang menarik. Seolah berjudi online adalah jalan pintas untuk mendapatkan uang dengan cepat tanpa bersusah payah. Menggiurkan tentunya.

Dan ini banyak terjadi di lingkungan yang bisa dibilang miskin. Semakin miskin lingkungannya, semakin tinggi pula risiko terdampak masalah perjudian. Sangat menyedihkan memang, bahwa individu dengan status sosial ekonomi terendah di lingkungan termiskin, berada pada risiko tertinggi untuk terjerat masalah perjudian.

Beberapa orang menganggap perjudian tampak seperti labirin di mana setiap tindakan yang dilakukan akan membawanya menuju jalan keluar pada kemenangan. Sayangnya itu cuma sekedar tipuan, sengaja didesain sedemikian rupa oleh sebuah sistem yang dikelola oleh pebisnis gelap perjudian untuk memikat orang-orang rentan yang tidak berpikir panjang akan dampak resikonya di kemudian hari.

Sering kita dengar kabar bagaimana orang-orang yang terlilit hutang karena perjudian online yang berdampak pada kehancuran keuangan, bangkrut, retaknya kehidupan rumah tangga, dan berakhir bercerai di pengadilan agama. Bahkan yang lebih memilukan lagi adalah hingga terjadi beberapa kasus kematian disebabkan bunuh diri disebabkan dari lingkar perjudian online sebagai biang kerok atas penderitaan itu.

Gejala ini tidak hanya berlaku bagi mereka yang hidup di lingkungan miskin, ada juga orang kaya dan sukses faktanya ‘nyandu’ juga dalam aktivitas ini. Konon katanya berjudi hanya untuk bersenang-senang belaka. Bahkan katanya lagi, jika orang tersebut kalah saat berjudi pun tubuhnya tetap menghasilkan endorfin dan adrenalin. Artinya bagi orang kaya, perjudian adalah sekedar hiburan saja, tak penting kalah atau menang, yang penting hati senang meski menghabiskan banyak uang.

Tentu kita tahu berita yang sedang viral belakangan di platform media sosial, seorang perempuan berbaju pink ‘Barbie’ anggota komisi C DPRD DKI Jakarta dari PDIP kepergok kamera sedang bermain game slot judi online saat mengikuti rapat paripurna Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD 2022 di Gedung DPRD DKI. Walaupun belakangan perempuan itu menyangkal bahwa itu game Candy Crush, tetapi publik tidak percaya begitu saja. Publik juga tahu game apa yang sedang dimainkannya itu, terutama mereka pelaku judi online slot tentu paham betul corak game apa yang tampil di layar tablet perempuan anggota Komisi C DPRD Provinsi DKI tersebut. Ini tentunya membuat saya pribadi heran dan ‘gregetan’ , kok bisa-bisanya wakil rakyat berperilaku seperti. Apakah beliau lupa dengan sumpah jabatan? Apa penghasilan beliau tidak mencukupi ? Tentu tidak begitu bukan?

Apalagi sebagai anggota dewan, harusnya beliau menghindari memberikan contoh perilaku yang tidak etis kepada publik, bukankah beliau ini berstatus sebagai wakilnya rakyat? Hingga ada pernyataan ‘nyeleneh’ dari warga media sosial yang bilang, jangan-jangan duit yang dipakai untuk aktifitas haramnya itu berasal dari duit haram juga, ah masa iya begitu? Kenapa bisa begitu?

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa penjudi, baik pelaku offline maupun online bermasalah dalam mengatur pribadinya untuk mengatasi keinginan dan harapannya terhadap imbalan dari bermain judi. Iming-iming hadiah besar yang dijanjikan oleh situs perjudian merangsang keinginan seseorang untuk terus berjudi yang akhirnya mengarah pada kecanduan.
Akibatnya, pecandu membangun toleransi terhadap aktivitasnya tersebut. Membiasakan dirinya nyaman pada kegiatan perjudian. Ini yang akhirnya membuat mereka lebih asyik menghabiskan banyak waktu untuk konsentrasi di situs-situs penyedia layanan judi online dengan harapan mendapatkan uang besar dengan cepat.

Menurut pengakuan salah seorang pelaku judi online, sebenarnya tidak ada kemenangan dalam permainan judi. Yang menang sesungguhnya itu tentu bandar atau pengelola situs judi online. Meskipun sekali waktu penjudi memang seolah dibuat menang. Di saat kemenangan itu lah sebenarnya ‘candu’nya bekerja. Saat candunya bekerja menjadi dophamin di otak, selanjutnya membentuk dalam pikiran seorang penjudi, rasa ingin bertahan pada sensasi kesenangan saat merasakan kemenangan. Semakin ketagihan semakin tidak memperhitungkan berapa banyak uang dihabiskan untuk terus bertaruh.

Kehilangan uang dalam pertaruhan memprovokasi rasa ingin mencoba terus menerus. Akibatnya bagi seorang penjudi online, kekalahan mendorong rasa penasaran dan keinginan untuk terus bermain lagi, mengharap celah kemenangan, daripada kekecewaan yang seharusnya mendorong mereka untuk berhenti dan keluar dari permainan.

Inilah tujuan dari para pelaku bisnis perjudian, semakin banyak orang terjebak dalam ketagihan permainan judi, semakin menggelembung pundi-pundi keuangan mereka.

Sementara para penjudi kurang menyadari situasi tersebut, mereka terus saja mengejar rasa penasaran untuk mencapai kemenangan. Sebuah keadaan yang dikenal dengan istilah rungkad (rugi/kalah), di sini lah awal malapetaka itu terjadi. Rasa untuk memenuhi kepuasan diri atas harapan menang, memaksa mereka mencari alternatif lain demi mendapat modal untuk mengisi ulang deposit di akun judi online dengan cara mudah dan cepat.

Pinjaman online menjadi alternatif yang menjanjikan untuk kemudahan mendapatkan uang dengan cepat tanpa memikirkan resiko di belakangnya nanti. Alih-alih mendapat kemudahan pinjaman dengan harapan kemenangan, tanpa disadari menumpuklah tagihan-tagihan, bisinglah ponselnya oleh nada panggil dari banyak debit kolektor pinjaman online. Sebuah bencana dahsyat yang menyerbu ruang mentalitas, konsekwensi dari pengharapan yang tinggi bertaruh di situs judi.

Ini membawa saya pada kesimpulan, bahwa penjudi benar-benar tidak pernah menang dan tidak akan pernah sepenuhnya menyadari trik yang dibawa oleh sistem algoritma yang dibangun oleh pelaku bisnis judi online ke masyarakat. Dengan cara yang sama, perjudian dapat menghancurkan seseorang secara finansial, itu dapat merusak hubungan dan menjadi sangat merugikan kesehatan mental seseorang.

Realita yang bisa kita lihat dari perjudian adalah sesuatu yang berdampak pada kehidupan orang-orang yang sangat membutuhkan uang dengan cepat atau hanya mencari hiburan saja demi menjaga dophamine yang sensasinya didapatkan saat bermain judi. Tapi, pada akhirnya, kebanyakan orang yang terlanjur ‘nyandu’ dengan judi online, akan menerima konsekwensi dengan akhir dari sebuah hubungan yang hancur, kehilangan uang, penyesalan hingga depresi yang tidak hanya memengaruhi hidup mereka sendiri tetapi juga orang yang mereka cintai.

Satu-satunya cara mencegah seseorang dari ketergantungan judi online adalah dengan tidak terlibat sejak awal. Adapun yang sudah terlanjur ketergantungan dan mencari jalan keluar dari jerat perjudian adalah dengan niat yang benar-benar kuat untuk berhenti secara total. Selain itu tentunya disertai membangkitkan kembali nilai-nilai spiritual yang ada dalam diri seperti iman dan takwa pada Tuhan Yang Maha Esa.

Bisa dibayangkan di kehidupan dunia saja neraka yang mengerikan itu bisa kita lihat contohnya di mana-mana. Dampak nyata akibat dari kecanduan judi online. Hindari komunitas orang yang menghabiskan waktunya untuk berinvestasi di aktivitas perjudian, ini pun bisa jadi pilihan lain untuk berhenti dari kecanduan perjudian. Karena ketika masih mau mendekati kegiatan tersebut , tidak mustahil itu menjadi ‘virus’ yang sewaktu-waktu akan membangkitkan penyakit dalam diri.

Mengutip sebuah kalimat klasik namun faktual sampai hari ini; “Kemenangan terbesar seorang penjudi adalah berhenti total dalam berjudi.”

Begitu juga dengan korupsi, tak jauh berbeda dampaknya, sama-sama merugikan dalam hal keuangan. Bedanya, pada kasus perjudian, kerugian berdampak pada pelaku judi itu sendiri dan orang-orang di sekitarnya, seperti keluarga, orang tua, anak-anak, dan orang-orang yg dicintainya. Sedangkan korupsi berdampak lebih besar yaitu pada hajat banyak orang. Walaupun akhirnya merugikan dirinya sendiri dan menyengsarakan keluarganya juga jika akhirnya tertangkap KPK.

Fakta menunjukkan bahwa korupsi tidak dilakukan oleh mereka yang gajinya pas-pasan. Ini berbanding terbalik dengan aktivitas perjudian yang marak terjadi oleh mereka yang hidup di lingkungan kemiskinan. Korupsi justru banyak dilakukan oleh mereka yang notabene berkecukupan dan mempunyai posisi jabatan yang menguntungkan di instansi pemerintahan maupun sektor swasta.

Korupsi menjadi masalah serius yang berbahaya bagi banyak orang. Terutama bagi stabilitas dan keamanan masyarakat dalam sebuah negara. Menghambat pembangunan ekonomi, sosial politik, dan menjadi penyebab kemiskinan secara masif. Hal ini juga merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas luhur bangsa ini yang termaktub dalam Pancasila dan UUD 1945 . Pemerintah, masyarakat, dan lembaga sosial perlu memberikan perhatian penuh, guna mencegah dan menghambat kembang tumbuh korupsi yang meluas di berbagai aspek.

Ada satire yang sering kita dengar bahwa Valentine itu bukan budaya kita, budaya kita itu korupsi. Tentu ini menggelikan di mana kita dikenal sebagai bangsa yang mempunyai budaya dan tradisi luhur di mata dunia, ternyata secara sosial di dalamnya bobrok secara mental dalam hal korupsi.

Beberapa aspek internal yang memungkinkan seseorang berbuat korupsi adalah memiliki kecenderungan selalu merasa kurang dengan apa yang dia miliki. Ini dilandasi karena lemahnya sisi mental dan moralitas ketika mengalami kesulitan hidup. Bisa disebabkan penghasilan yang kurang mencukupi, kebutuhan finansial mendesak, mengikuti gaya hidup yang konsumtif di luar kemampuannya, ingin mendapat uang instan namun tidak mau bekerja dan beberapa hal lainnya.

Beberapa poin di atas kemungkinan menjadi pemicu terjadinya tindakan penyelewangan yang melanggar nilai-nilai moralitas kehidupan bernegara. Baik berjudi maupun tindak korupsi berangkat dari persoalan lemahnya moralitas seseorang ketika menghadapi kesulitan dalam memperoleh uang cepat. Yang hidup di lingkungan miskin, judi menjadi jalan pintas untuk mendapatkan uang cepat. Sedang mereka yang hidup bisa terbilang cukup, akan mencari celah kesempatan korupsi demi mencapai hasrat keinginannya.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia kabinet Indonesia Maju, jenderal TNI Luhut Binsar Panjaitan, M.P.A pernah membuat statemen perihal korupsi ,

“Korupsi tidak bisa hilang alias abadi karena menjadi sifat dasar manusia. Namun, korupsi bisa ditekan dan dikurangi, misalnya melalui digitalisasi. Orang yang menyebut korupsi itu habis itu sudah pasti bohong. Jangan ada pihak yang sok bersih dari korupsi.” (Stranas PK di Gedung KPK, Jakarta Selatan, Selasa 18/07/2023), Detik.com).

Artinya, memang agak mustahil menghapus secara total perilaku buruk korupsi yang sudah mengakar ini. Hampir setiap saat pemberitaan perihal tindak pidana korupsi (tipikor) muncul di beranda laman portal berita dan media sosial. Dan itu tidak sedikit diperlihatkan oleh tokoh publik pemegang kebijakan di beberapa instansi pemerintahan baik pusat maupun daerah, yang aktivitasnya di awasi oleh publik.

Sebagai warga negara perlu membangun kesadaran bahwa korupsi adalah bahaya laten yang jika terus dipelihara akan membawa dampak kehancuran bangsa ini., Dalam hal ini, pemerintah sebagai pihak berwenang harus membuat aturan yang ketat dalam menghambat gerak oknum manapun untuk melakukan korupsi. Dan itu dimulai dulu oleh pemimpin-pemimpin sebagai teladan bagi bawahan dan masyarakat baik di pemerintahan maupun swasta.

Ada sebuah pepatah dari barat yang mengatakan bahwa, “ Tidak semua yang gemerlap itu adalah emas”, Saya pikir cocok dengan pembahasan ini, karena realitanya banyak orang terpikat oleh uang dan tawaran yang menggiurkan. Tetapi begitu seseorang terlibat dalam aktivitas yang membuat mereka lupa diri ini, segalanya mulai berantakan. Banyak hal akan dikorbankan, dari mulai karir, keluarga, hubungan, harta benda hingga merugikan hajat orang banyak. Itulah mengapa guru-guru kita mengajarkan pentingnya menjaga kesadaran diri dan akal waras sebagai kunci supaya terhindar dari bahaya penyimpangan nilai-nilai luhur moralitas seperti halnya judi maupun korupsi. Negara kita sudah punya banyak orang pintar, tapi kekurangan orang yang sadar dan jujur.

Suatu ketika seorang sahabat menanyakan pertanyaan opsional perihal ini,

“Jadi lebih baik mana, berjudi atau korupsi ? “
Saya hanya tersenyum kecut sembari menuangkan teh hangat ke dalam cangkir.
“Tak ada yang lebih baik, kecuali teh syurga ini.”
Babakan, 26 Juli 2023.
(***)

Penulis: Rif Bontar (Syarif Hidayatulloh), Pemerhati Sosial, Pegiat UMKM & Seniman Cirebon Timur

via jabarpublisher

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini kadang kala berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dimiliki oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal tersebut, Sobat dapat menghubungi kami disini.